Rabu, 27 Mei 2009

meningitis

A. Latar Belakang

Meningitis adalah infeksi cairan otak yang mengenai piameter, araknoid, dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis.

B. Pembatasan Masalah

Dalam makalah ini kali ini, kami membahas tentang

1. Meningitis Tuberkolosa

2. Meningitis Purulenta

C. Rumusan Masalah

1. Apa itu meningitis?

2. Bagaimana etiologi meningitis?

3. Bagaimana pemeriksaan yang dilakukan pada penderita meningitis?

4. Bagaimana pengobatannya?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Guna melengkapi tugas Mata Kuliah Askep Saraf.

2. Tujuan Khusus

Agar kita dapat mengerti apa itu meningitis, apa penyebabnya, bagaimana pemeriksaan diagnostiknya dan bagaimana pengobatannya, supaya kita lebih terampil dan selektif dalam menangani pasien meningitis.

BAB II

PEMBAHASAN

Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai dengan radang mengenai piameter, araknoid, dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang superfisial.

Dalam makalah ini, kami akan membahas tiga jenis meningitis, yaitu :

- Meningitis Tuberkolosa

- Meningitis Purulenta

A. Meningitis Tuberkolosa

1. Pengertian

Meningitis tuberkolosa adalah radang pada meningen akibat adanya infeksi disusunan saraf pusat yang disebabkan oleh kuman tuberkolosa. Biasanya meningitis tuberkolosa terjadi akibat adanya komplikasi TBC atau tuberkolosa yang menyerang paru-paru.

2. Etiologi

Kuman mikrobakterium tuberkolosa varian hominis.

3. Patogenesis

Kuman mencapai susunan saraf pusat melalui aliran darah dan membentuk tuberkel di selaput otak dan jaringan otak dibawahnya. Kemudian tuberkel akan pecah dan bakteri masuk ke ruang subaroknoidea.

4. Patologi

Eksudat yang kental dan berwarna putih terdapat sebagian besar pada tuang subaroknoidea di dasar otak dan sebagian kecil dipermukaan otak serta medula spinalis. Tuberkel mengalami nekrosis pada bagian tengahnya dan mengandung sel-sel epiteloid, limfosit, sel plasma, sel raksasa, serta kumannya.

5. Klinis

Terdapat panas yang tidak terlalu tinggi, nyeri kepala, dan nyeri kuduk. Di samping iu, terdapat rasa lemah, berat badan yang menurun, nyeri otot, nyeri punggung, mungkin dijumpai kelainan jiwa seperti halusinasi dan waham.

Pada pemeriksaan akan dijumpai tanda-tanda rangsangan selaput otak seperti kaku kuduk, tanda kering kening, dan tanda brudzinsky. Dapat terjadi hemiparesis dan kerusakan saraf otak N III, N IV, N VI, N VII, N VIII, akhirnya kesadaran akan menurun. Pada funduskopi akan tampak sembab papil.

6. Diagnosis

a. Pemeriksaan cairan otak

1) Tekanan : meningkat

2) Warna : jernih atau santrokom

3) Protein : meningkat

4) Gula : menurun

5) Klorida : menurun

6) Lekosit : meningkat sampai 500/mm3 dengan sel mononuklear yang dominan.

Bila didiamkan beberapa jam akan berbentuk pelikula yang berbentuk sarang laba-laba. Pada pencegahan Ziehl Neelsen dan biakan akan ditemukan kuman mikrobakterium tuberkolosa.

b. Pemeriksaan penunjang

1) Darah : jumlah leukosit meningkat sampai 20.000

2) Radiologi : sken tomografik dapat tampak hidrosefalus

3) Test Tuberkulin : sering positif

7. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan cairan otak, antara lain :

a. Warna jernih atau santokrom

b. Sel jumlah sel meningkat, biasanya tidak melebihi 500/mm3 dan sel mononuklear lebih banyak

c. Kadar protein meningkat

d. Kadar gula menurun

e. Kadar klorida menurun

f. Bila didiamkan akan terbentuk pelikula yang berbentuk sarang laba-laba.

g. Pada pemeriksaan mikroskop dan biakan akan ditemukan kuman tuberkolosis.

8. Pengobatan

Dipakai obat tripel, yaitu kombinasi INH dengan 2 dari 3 macam tuberkulosefik 01 di bawah ini selama 2 tahun :

a. INH : dewasa 10–15 mg/Kg BB/hari

Anak 20 mg/Kg BB/hari

Diberikan sekali sehari per oral

Harus ditambah peridoksin 50 mg/hari

b. Streptomisin : dosis 20 mg/Kg BB/hari (maksimal 19/hari)

Diberikan intramuskularis selama 3 bulan.

c. Etambutol : dosis 25 mg/Kg BB/hari per oral selama 2 bulan pertama lalu dilanjutkan dengan 15 mg/Kg BB/hari.

d. Rifampisin : dosis pada dewasa 600 mg/hari

e. Deksametason : mula-mula diberikan 10 mg intravena, lalu 4 mg tiap 6 jam.

f. Prednison : 60–80 mg/hai selama 2–3 minggu, lalu diturunkan berangsur selama 1 bulan.

9. Komplikasi

a. Hidrosefalus

b. Epilepsi

c. Gangguan jiwa

d. Buta karena atrofi N.II

e. Kelumpuhan otot yang disarafi N.III, N.IV, N.VI

f. Hemiparesis

10. Diagnosis Banding

a. Meningitis purulenta

b. Meningitis virus

c. Meningitis jamur

B. Meningitis Purulenta

1. Pengertian

Meningitis purulenta adalah infeksi akut selaput otak yang disebabkan oleh bakteri dan menimbulkan reaksi purulen pada cairan otak.

2. Klasifikasi

Berdasarkan lapisan selaput otak yang mengalami radang, maka meningitis dibagi mnejadi dua, yaitu :

a. Pakimeningitis, yang mengalami radang adalah durameter.

b. Leptomeningitis, yang mengalami radang adalah araknoid dan piameter.

Selanjutnya yang dimaksud dengan meningitis adalah leptomeningitis.

Berdasarkan penyebabnya, meningitis dibagi menjadi enam, yaitu :

a. Meningitis karena bakteri

b. Meningitis karena virus

c. Meningitis karena riketsia

d. Meningitis karena jamur

e. Meningitis karena cacing

f. Meningitis karena protozoa

3. Faktor Predisposisi

Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya meningitis purulenta, yaitu :

a. Sepsis

b. Kelainan yang berhubungan dengan penekanan reaksi imunologik, misalnya agamaglobulinemia

c. Pemirauan (shunting) ventrikel

d. Fungsi lumbal dan anestesi spinal

e. Infeksi parameningeal

4. Etiologi

Tiap organisme yang dapat masuk ke dalam tubuh mempunyai kesempatan untuk menimbulkan meningitis. Terdapat bakteri-bakteri tertentu yang mempunyai kecederungan untuk menyebabkan meningitis pada umur-umur tertentu.

Penyebab meningitis pada beberapa golongan umur :

a. Neonatus

1) Eserikhia koli

2) Streptokokus beta hemolitikus

3) Listeria monositogenes

b. Anak di bawah 4 tahun

1) Hemofilus influenza

2) Meningokokus

3) Pneumokokus

c. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa

1) Meningokokus

2) Pneumokokus

5. Patologi

Pada stadium yang awal, satu-satunya kelainan yang dapat dilihat adalah bendungan pembuluh-pembuluh darah otak yang superfisial dan pembuluh-pembuluh darah pada piameter serta pembesaran pleksus koroideus.

Mikroskopis tampak ruang subaraknoidea terisi fibrin dan eksudat purulen yang sebagian besar mengandung leukosit PMN (polymorphonucear) dan sedikit limfosit serta monosit.

6. Patogenesis

Kuman dapat mencapai selaput otak dan ruang subaraknoiea melalui :

a. Luka terbuka di kepala

b. Penyebaran langsung dari proses infeksi di telinga tengah dan sinus paranasalis.

c. Pembuluh darah pada keadaan sepsis.

d. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak.

e. Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.

f. Penyebaran dari radang paru.

g. Penyebaran dari infeksi kulit.

7. Gambaran Klinis

Pada permulaan gejala meningitis purulena adalah panas, menggigil, nyeri kepala yang terus menerus, mual, dan muntah. Disamping itu terdapat hilangnya nafsu makan, kelemahan umum dan rasa nyeri pada punggung serta sendi. Timbul gambaran klinis meningitis yang lebih khas yaitu nyeri pada kuduk dan tanda-tanda rangasangan selaput otak seperti kaku kuduk, tanda kering dan tanda Brudzinsky.

Pada meningitis yang disebabkan oleh kuman meningokokus bisa terjadi Sindrom Waterhouse Friederichsen dengan gejalanya yang terdiri dari pendarahan pada kulit dan kelenjar adrenal serta menurunnya tekanan darah.

8. Diagnosis

Pada meningitis purulenta perlu dilakukan pemeriksaan otak untuk diagnosis radang otak, radan medula spinalis dan radang selaput otak, baik yang disebabkan oleh infeksi maupun bukan infeksi. Pungsi lumbal harus dilakukan pada tiap penderita dengan keluhan dan tanda-tanda rangsangan selaput otak. Pada penderita dengan panas yang tidak diketahui sebabnya perlu pula dipertimbangkan pungsi lumbal. Pada akhir pengobatan tidak diperlukan lagi pungsi lumbal ulangan. Sembuh tidaknya penderita dapat ditentukan secara klinis.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan cairan otan, antara lain :

a. Tekanan

Tekanan cairan otak meningkat di atas 180 mm H2O.

b. Warna

Cairan otak berwarna mulai dari keruh sampai purulen bergantung pada jumlah selnya.

c. Sel

Jumlah leukosit meningkat, biasanya berjumlah 200–10.000 dan 95% terdiri dari sel PMN. Setelah pengobatan dengan antibiotika perbandingan jumlah sel MN (mononuklear) terdapat sel PMN peningkat.

d. Kadar protein

Kadar protein meningkat, biasanya diatas 75 mg/100 ml.

e. Kadar klorida

Kadar klorida menurun, biasanya diatas 75 mg/100 ml.

f. Kadar gula

Kadar gula menurun, biasanya kurang dari 40 mg% atau kurang dari 40% kadar gula darah yang diambil pada saat yang bersamaan.

Meningitis karena virus

Pemeriksaan cairan otak pada meningitis karena virus adalah sebagai berikut :

a. Warna jernih

b. Sel, jumlah sel meningkat antara 10–1000/mm3.

c. Kadar protein normal atau naik sedikit.

d. Kadar gula normal

e. Kadar klorida normal

Untuk menemukan virus, perlu dilakukan pemeriksaan :

a. Pemeriksaan cairan otak langsung dengan mikroskop.

b. Biakan cairan otak.

c. Pemeriksaan serologik serum dan cairan otak.

Meningismus

Pada meningismus terdapat keluhan dan tanda-tanda rangsangan selaput otak yaitu nyeri kepala, kaku kuduk, tanda kering.

Meningismus lebih sering terjadi pada bayi dan anak dibandingkan dibandingkan dengan orang dewasa. Biasanya ini terjadi pada penyakit yang disertai dengan panas yang timbulnya mendadak seperti fonsiitis, pneumonia, difteri, batuk rejan, malaria, dan tifus abdominalis.

9. Diagnosa Banding

a. Meningitis tuberkolosa

b. Meningitis karena virus

c. Meningitis karena jamur

d. Pendarahan subaraknoidal

e. Abses otak

f. Meningismus

10. Komplikasi

a. Efusi subdural

b. Abses otak

c. Hidrosefalus

d. Epilepsi

e. Paralisis serebri (Cerebral Palsy)

f. Arteritis pembuluh darah otak, hal ini akan mengakibatkan infark otak.

g. Ensefalitis

h. Tuli, keterlambatan bicara, gangguan perkembangan mental, dan intelegensi.

i. Diabetes insipidus

j. Sindrom Waterhouse Friederichsen yang terdiri atas hipotensi, pendarahan kulit dan kelenjar adrenal yang dilakukan oleh adanya KID (Koagulopatia Intravaskularis Diseminata) atau PIM (Pembukaan Intravaskularis Menyeruluh).

k. Renjatan septik.

11. Pengobatan

Pengobatan dibagi menjadi pengobatan umum dan pemberian antibiotika.

a. Penderita dirawat di rumah sakit.

b. Mula-mula cairan diberikan secara infus dalam jumlah yang cukup dan jangan berlebihan.

c. Bila gelisah diberi sedativa seperti fenobarbital, atau penenang.

d. Nyeri kepala diatasi dengan analgetika.

e. Panas diturunkan dengan,

1) Kompres es

2) Parasetamol

3) Asam salisilat

Pada anak dosisnya 10 mg/Kg BB tiap 4 jam secara oral.

f. Kejang diatas dengan,

1) Diazepam

Dewasa : dosisnya 10–20 mg intravena

Anak : dosisnya 0,5 mg/Kg BB intravena

2) Fenobarbital

Dewasa : dosisnya 60–120 mg/hari secara oral.

Anak : dosisnya 5–6 mg/KgBB/hari secara oral.

3) Difenilhidanton

Dewasa : dosisnya 300 mg/hari secara oral.

Anak : dosisnya 5–9 mg/KgBB/hari secara oral.

g. Sumber infeksi yang menimbulkan meningitis purulenta diberantas dengan obat-obatan atau dengan operasi.

h. Kenaikan tekanan intrakranial diatas dengan,

1) Monitol

Dosisnya 1–1,5 mg/KgBB secara intravena dalam 30–60 menit dan dapat diulangi 2 kali dengan jarak 4 jam.

2) Kortikosteroid

Biasanya dipakai deksametason secara intravena dengan dosis pertama 10 mg lalu diulangi dengan 4 mg setiap 6 jam. kortikosteroid masih menimbulkan pertentangan, ada yang setuju untuk memakainya, tetapi ada juga yang mengatakan tidak ada gunanya.

3) Pernapasan diusahakan sebaik mungkin dengan membersihkan jalan nafas.

i. Bila ada hidrosefalus obstruktif dilakukan operasi pemasangan pirau (shunting)

j. Efusi subdural pada anak dikeluarkan 25–30 cc setiap hari selama 2–3 minggu. Bila gagal dilakukan operasi.

k. Fisioterapi diberikan untuk mencegah dan mengurangi cacat.

BAB III

Tidak ada komentar:

Posting Komentar