Rabu, 27 Mei 2009

KONSEP DASAR KEGAGALAN PERNAPASAN AKUT

KONSEP DASAR KEGAGALAN PERNAPASAN AKUT

A. Medis
1. Pengertian
Gagal napas diartikan sebagai ketidakmampuan sistem pernapasan untuk mempertahankan homeostatis oksigen dan karbondioksida. Gagal napas secara signifikan menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Gagal napas terjadi bilamana pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun fumgsional sebelum awitan penyakit timbul
Gagal Pernapasan Akut (GPA) adalah keadaan yang mengancam kehidupan, Karakteristik penegas. Sindrom Distres pernapasan Dewasa (SDPD) Seringkali marupakan komplikasi dari GPA. Kegagalan pernapasan akut adalah bahwa kadar pH yang dimiliki di bawah 7,30. bagi pasien dengan penyakit PPOM dan atau mengidap penyakit pernapasan kronis lainnya
2. Etiologi
a. Trauma
b. Infeksi
c. Penyakit kardiovaskular
d. Diskrasias darah
e. pH kurang dari 7.30
f. Benda asing dalam hidung
g. Ventilasali yang tidak adekuat
h. Obstruksi jalan nafas atas
i. Depresi sistem saraf pusat
j. Kelainan neurologis primer
k. Gagal oksigenasi
l. Gagal ventilatori
m. Edema pulmo
n. Acute Respiratory Disterss Syndrom (ARDS)
o. Pneumonia
3. Penatalaksanaan medis
a. Suplemen oksigen
b. Intubasi endotrakeal dengan ventilasi mekanis
c. Farmakoterapi
• Bronkodilator untuk memperlebar jalan napas dan meningkatkan ruang udara (misal .,albuteral)
• Antibiotik untuk menurunkan infeksi
• Kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi membran alveolar (misalnya prednison, vanseril)
d. Terapi intravena (koloid atau kristaloid, tergantung pada analisis kimia darah)
4. Komplikasi
a. Sindrom distres pernapasan dewasa (SDPD)
b. PPOM dan ashma.

B. Beberapa Penyakit Kegagalan Pernapasan
1. Edama Pulmo
Merupakan penyebab utama timbulnya kegagalan pernapasan. Edema pulmo awalnya akibat dari perubahan dari fisiologi tekanan dalam paru paru dan jantung. Tidak jarang, kondisi ini memerlukan perawatan medis yang sangat darurat, seperti aliran darah yang sangat cepat dan tidak normal sehingga terlalu membebani sirkulasi tubuh.
a. Etiologi
Edema pulmo terjadi akibat penyakit kardiak


b. Patofisiologi
Dengan adanya Left sided CPF ( gagal jantung kiri) dan meningkatnya tekanan dalam ventrikel kiri sehingga arus balik pada vena pulmoner dari paru-paru meningkat pada tekanannya, demikian juga dengan tekanan kepiler pulmoner. Perubahan ini membuat volume darah pulmoner meningkat dan edema pulmo interstitial menghasilkan cairan serous yang di paksa masuk ke dalam alveoli. Peningkatan dan edama yang di hasilkan, menimbulkan infiltrat pulmoner difus sehingga mengurangi kemampuan paru paru dalam menjalankan tugasnya dan akhirnya makin memperberat upaya untuk bernapas.
c. Manifestasi klinik.
Manifestasi klinik meliputi dyspnea, batuk di iringi dahak bercampur dengan darah, ronkhi paru-paru dana whezing, sianosis dan takikardi.
d. Manajemen keperawatan.
Pasien yang mengidap edema pulmo akut diberi perawatan dalam seting yang intensif. Perawatan medis yang diberikan serupa dengan yang diberikan untuk gagal jantung sebelah kiri. Pesien diberi terapi digoksin adn diuretik dengan furosemida (Lasix). Perawatan intensif di fokuskan pada pengkajian status pernapasan pasien seserimg mungkin, pembeberian terapi oksigen, penempatan pasien dalam posisi orthopnoe, pamberian medikasi sesuai dengan petunjuk ahli medis dan mengurangi keresahan yang timbul.
2. Acute Respiratori Distress Syndrom (ARDS)
Didefinisikan sebagai penyakit gagal oksigenasi dan hipoksemia., yang ditandai dengan penurunan progresif kandungan oksigen arteri yang terjadisetelah penyakit atau cedera serius. ARDS biasanya membutuhkan ventilasi mekanik yang lebih tinggi dari tekanan jalan napas normal.



a. Etiologi
1) Infiltrat diffus
2) Peningkatan permeabilitas kapiler pulmoner
3) Tranfusi darah multipel
4) Aspirasi isi lambung
5) Sepsis
6) Trauma
7) Pneumonia
b. Patofisiologi
Luka pada paru-paru menyebabkan kerusakan pada membrab kapiler, sehingga terjadi edema pulmo dan kebocoran pada kapiler. Surfaktan yang menurun (organ yang membatasi permukaan alveolar pulmonari) dan penyempitan saluran alveolar menyebabkan gangguan pada paru-paru menyebabkan gangguan pada paru-paru dengan shuting kanan ke kiri dan hipoksemia. Pasien penderita ARDS menunjukan tanda tanda dan gejala gagal nafas akut, termasuk takipnea, dispnea dan hipoksia. Radiograph dada menunjukan adanya infiltrat, yang nampak seperti memutih atau “white–out”.
c. Manifestasi klinis
ARDS merupakan penyakit pernapasan dengan rata rata tingkat kematian sekitar 65%. Serangan hipoksemia pada pasien yang tidak memiliki latar belakang penyakit pernapasan. Merupakan tanda-tanda mengidap penyakit ARDS. Ventilasi mekanik diperpanjang.
d. Manajemen terapi
Tujuan utama manajemen terapitis dalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas. Dalam hal ini digunakan fentilasi makanik dan analisa gas darah. Terlebih dahulu di upayakan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen (hingga mencapai 100%). Kemudian, digunakan positif end-expiratory pressure (PEEP) untuk menurunkan kebutuhan oksigen yang tinggi. Jika kardiak rendah atau jika tekanan darah menurun selama tekanan akhir akspirasi positif (PEEP) berlangsung, maka diberikan obat-obatan Vosoaktif

































B. Keperawatan

1. Pengkajian
Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan mencakup :
1) Riwayat atau adanya faktor-faktor penyebab hal yang penting adalah kondisi yang menyebabkan ketidakadekuatan ventilasi sehingga menimbulkan GPA, sebagai contoh
a. Obtruksi jalan napas atas (aspirasi oleh benda asing)
b. Syok
c. Penyakit kronis, cidera intra kranial, atau obat-obatan yang menekan berat sistim syaraf pusat
d. Penyakit yang merusak otot-otot pernapasan (miastemia grafis, polineuritis, poliomielitis).
2) Pemeriksaan fisik berdasar pengkajian sistim pernapasan
a. Dispnea dengan takipnea
b. Perubahan warna kulit
c. Bunyi nafas : rules atau mengi, atau keduanya.
d. Takikardi
e. Perubahan sistim saraf pusat (agitasi, kekacauan mentaldisorientasi, panik, gelisah
3) Pemeriksaan diagnostik
a. Foto dada menunjukan infiltrasi alveolar jika terjadi SDPD, serta adanya area atelektasis.
b. Kaji respons emosional pasien dan orang terdekat terhadap diagnosis dan rencana tindakan.







2. Diagnosa keperawatan
Berdasrkan pada data pengkajian, diagnosa keparawatan utama klien dapat mencakup :
a. Kerusakan pertukaran gas b.d faktor penyebab spesifik pneumonia, syok
b. Kerusakan tinggi infeksi b.d faktorpenghisapan jalan napas intubasiandotrakeal, penumpukan sekresi di alveoli.
c. Bersihan jalan nafas , takefektif berhubungan dengan meningkatnya tahanan jalan napas (edema interstisial)
d. Pertukaran Gas kerusakan b.d hipoventilasi alveolar.

3. Perencanaan dan Implementasi

INTERVENSI RASIONAL
1.
a. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 jam selama fase akut
b. Status pernafasan apendiks A(tiap 4 jam selama fase akut kemudian tiap 8 jam apabila stabil
c. Hasil GDA
d. Haluaran dan masukan tiap 4 jam
2.
a. Pantau suhu tiap 4 jam
b. Hasil jdp
c. Sekresi bronkial untuk adanya
d. Perubahan pada jumlah, kekentalan, warna, atau adanya bau

3. Bantu dengan batuk napas dalam, ubah posisi dan penghisapan dan sesuai indikasi




4. Berikan periode istirahat dan lingkungan tenang.

Untuk mengevaluasi keefektifas interfensi






Untuk mengidentifikasi indikasi kemajuan atau panyuimpangan dari hasil pasien




Pengumpulan sekresi mengganggu ventilasi atau edema paru dan bila pasien tidak di intubasi, peningkatan pemasukan cairan oral dapat mengencerkan atau dapat meningkatkan pengeluaran

Menghemat energi pasien, menurunkan kebutuhan oksigen
4. Evaluasi
Hasil yang di harapkan
a. Warna kulit normal frekuensi pernapasan 12-24 x / menit, bernafas tanpa menggunakan otot-otot aksesori pernafasan dispenia dan mengikuti perintah ferbal dengan tepat GDA dalam batas-batas normal, bunyi paru bersih tidak ada batuk.
b. Suhu 37 derajat celcius, jumlah darah putih antara(JDP) antara 5000-10000/mm3, sekresi bronkial sedikit dan putih tanpa bau tak sedap.
c. Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi nafas bersih tidak ada ronkhi.
d. Menunjukan perbaikan fentilasi dan oksigenasi adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.



















BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan penulis setelah menyelesaikan makalah ini adalah :
1. Gagal nafas akut adalah gagal nafas yang timbul pada pasien yang parunya normal secara struktural maupun struktural sebelum awitan penyakit timbul.
2. Etiologi
a. Trauma
b. Infeksi
c. Penyakit kardiovaskular
d. Diskrasias darah
e. pH kurang dari 7.30
f. Benda asing dalam hidung
g. Ventilasali yang tidak adekuat
h. Obstruksi jalan nafas atas
i. Depresi sistem saraf pusat
j. Kelainan neurologis primer
k. Gagal oksigenasi
l. Gagal ventilatori
m. Edema pulmo
n. Acute Respiratory Disterss Syndrom (ARDS)
o. Pneumonia
3. Komplikasi
a. Sindrom distres pernapasan dewasa (SDPD)
b. PPOM dan ashma.




4. Penatalaksanaan medis
a. Suplemen oksigen
b. Intubasi endotrakeal dengan ventilasi mekanis
c. Farmakoterapi
a) Bronkodilator untuk memperlebar jalan napas dan meningkatkan ruang udara (misal .,albuteral).
b) Antibiotik untuk menurunkan infeksi .
c) Kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi membran alveolar (misal ., prednison, vanseril).
d. Terapi intravena (koloid atau kristaloid, tergantung pada analisis kimia darah).
B. Saran
Setelah penulis menyelesaikan makalah ini, saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca adalah:
1. Biasakan hidup sehat sedini mungkin.
2. Segeralah memeriksakan diri ke dokter terdakat bila terjadi gejala- gejala penyakit khususnya gagal napas akut.











DAFTAR PUSTAKA

1. Enggram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah vol. 2 Jakarta : EGC.
2. http : // www. Kompas.co.id/ver1/ kesehatan/0706/07/173648 . htm
3. http : // www. kompas. Com.pernapasan.
4. http : // www. kompas.com.penyakit pernapasan.
5. Mansjoer, Ariaf. 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
6. Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
7. Noer, Syaefudin. 1996. “ Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.” Jakarata : balai penerbit FKUI.
8. Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan. 1997. Kumpulan Materi Pelatihan Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem pernapasan. Jakarta : Depkes RI.
9. Stein, Jay H. 1998. Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.
10. Smeitzer suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah ed. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar