Sabtu, 30 Mei 2009

asuhan keperawatan leukemia

Latar Belakang
Leukemia adalah keganasan yang berasal dari sel-sel induk system hematopoietiek yang mengakibatkan poliferasi sel-sel darah putih tidak terkontrol dan pada sel-sel darah merah namun sangat jarang
Insiden leukemia terjadi lebih sering pada orang dewasa ketimbang anak –anak. Total anak-anak yang terkena leukemia setiap tahunnya adalah 2600 kasus. Akan tetapi,hal ini merupakan malignansi terbesar yang terjadi pada anak-anak,yang menunjukan sekitar 30% dari kasus keganasan pada anak-anak.

B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat kami rumuskan dalam makalah ini adalah:
1. Pengertian leukemia
2. Etiologi Leukemia
3. Patofisiologi Leukemia
4. Klasifikasi Leukemia
5. Pemeriksaan Diagnostik leukemia
6. Komplikasi Leukemia

C. Tujuan
Makalah yang berjudu “Asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia”, yang di buat dengan tujuan :
1. Memenuhi tugas mata kuliah Askep kardiovaskuler.
2. Dapat mengetahui masalah –masalah pada klien dengan leukemia.
3. Dapat memberi pengetahuan dan manfaat bagi para pembacadan para perawat pada khususnya.



TINJAUAN TEORI


A. Pengertian
Leukemia adalah kanker yang melibatkan proliferasi sel-sel darah putih yang imatur
Leukemia adalah proliferasi teratur dari SDP dalam sumsum tulang yang menggantikan elemen normal.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering di sertai bentuk leukosit yang tidak normal, jumlahnya berlebihan, dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan di akhiri dengan kamatian.

B. Etiologi
Penyebab leukemia tidak di ketahui, tetapi mungkin merupakan proses neoplastik. Beberapa teori menyatakan penyebabnya adalah virus dan yang lain menyatakan di sebabkan karena genetik ( Hal ini berdasarkan familier ). Pengaruh dari lingkungan misalnya adanya peledakan bom-bom kimia dapat meningkatkan jumlah orang dengan leukemia. Berhubungan langsung pasien dengan bahan–bahan kimia seperti bentene, choramphenicol dan beberapa agen chemoterapeutik seperti agen alkylating juga dapat menyebabkan leukemia.

C. Patofisiologi
Manifestasi klinik berhubungan dengan infasi sumsum tulang oleh sel-sel leukemik dan penekanan pada sumsum tulang. Sewaktu sel-sel proliferasi menyerbu ke sumsum tulang,maka terjadi nyeri tekan dan rasa sakit. Penambahan jumlah sel-sel juga di ikuti dengan bertambahnya makan dan kurangnya produksi eritrosit, neutrofil dan platelet. Akibat dari penekanan pada sumsum tulang dapat membahayakan hidup manusia. Penurunan produksi sel-sel darah merah menyebabkan anemia. Meskipun demikian,anemia sering munculnya terlambat karena sel-sel darah merah dapat hidup sampai 120 hari, dan beberapa kompensasi fisiologis dari kehilangan sel-sel darah merah dapat menghambat efek dari anemia. Sewaktu kadar hemoglobin menjadi sekitar 6gr. Pasien menjadi kelelahan, pucat, lemah, nafas pendek, pusing, dan denyut jantung cepat.
Neutropenia menyebabkan pasien mudah infeksi. Tumbuh-tumbuhan alami atau infasi dari kerusakan pada kulit mungkin merupakan sumber infeksi. Pseudomonas Aeruginosa, Staphylococus Aereus, E. Colli, Klepsiella dan candida adalah patogen yang menyebabkan stomatitis, Mucositis dan kurangnya pemeliharaasn pada endotelial dari pembuluh-pembuluh darah,menyebabkan perdarahan kecil dan petekie pada jaringan cutaneus. perlu perhatian serius adanya perdarahan besar pada paru-paru, saluran pencernaan dan sistim saraf sentral atau terjadinya Dissemenated Introvaskuler Doagulation(DIC ).
Selain adanya gangguan fungsi dalam sumsum tulang, sel-sel leukemik merembes ke limpa, hati dan kelenjar limfe. Sel leukemik dapat juga menyerang ke sistem saraf sentral,kemungkinan besar pada arakhnoid dan kemudian terjadi peningkatan tekanan cairan intra kranial dan tanda-tanda meningitis seperti sakit pepala, letargi, muntah, dan edema pupil.

D. Klasifikasi
Menurut perjalanan penyakitnya dapat di bagi atas leukemia akut dan kronik. Dengan kemajuan pengobatan akhir-akhir ini, pasien leukemia limfoblastik akut dapat hidup lebih lama dari pada pasien leukemia Granulositik kronik. Dengan demikian pembagian akut dan kronik tidak lagi mencerminkan lamanyan harapan hidup. Namun pembagian ini masih menggmbarkan kecepatan tinbulnya gejala dan komplikasi.
Menurut jenisnya,leukemia dapat di bagi atas leukemia Mieloid dan Limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar,pembagian leukemia adalah sbb:

1. Leukemia mieloid
a. Leukemia Granulositik Kronik (Leukemia Mieloid/Mielositik/Mielogenous Kronik)
Adalah suatu penyakiyt mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel granulosit yamh relatif matang. Leukemia mielogenus kronis(CML) juga dimasukan dalam keganasan sel sistem mieloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal dibanding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu berusia dibawah 20 tahun, namun insidennya meningkat sesuai pertambahan usia.
1) Manifestasi klinis
Manifestasi klinis tersering dijumpai adalah rasa lelah, penurunan berat badan, rasa perih di perut, kadang-kadang rasa sakit di perut dan mudah mengalami perdarahan. Pada pemeriksaan fisik hamper selalu ditemukan splenomegali,yaitu pada 90%kasus.juga sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali.kadang-kadang terdapat purpura, perdarahan retina panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
2) Penatalaksanaan
Pengotan dapat dilakukan per oral dengan obat-obatan sebagai berikut:
Tablet Busulfan (2mg)
Induksi : Bila leukosit 50.000/µl – 6mg/hari sampai dengan leukosit 5000-15.000/µl kemudian istirahat 2 minggu. Selanjutnya diteruskan dengan maintenance( pemberiannya disesuaikan dengan jumlah leukosit saat itu ).
Hydropurea 500mg
Dosis 15-25 mg/kg BB dalam 2 dosis per oral
3) Prognosis
Sebagian besar pasien leukemia granulositik kronik akan meninggal setelah memasuki fase akhir yang krisis blastik. Kematian biasanyaakibat infeksi atau perdarahan.
b. Leukemia Granulositik Akut (leukemia myeloid/miolositik/mieloblastik/mielogenous akut)
Leukemia mielogenus akut (AML)mengenai sel system hematopoetik yang kelak berdiferensiasi kesemua sel myeloid, monosit, granulosit(basofil,netrofil,eosinofil), eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena insidensi meningkat sesuai dengan bertambahnya usia, AML lebih sering ditemukan pada laki-laki dari pada wanita. AML merupakan leukemia non limfositik yang paling sering terjadi.
1) Manifestasi klinis
Kebanyakan tanda dan gejala terjadi akibat berkurangnya produksi sel darah normal. Kepekaan terhadap infeksi terjadi akibat granulositopenia kekurangan granulosit, kelelahan dan kelemahan terjadi karena anemia, jumlah trombosit, poliferasi, sel lekemi dalam organ mengakibatkan berbagai gejala tambahan, nyeri akibat pembesaran limfa atau hati, masalah kelenjar limfa, sakit kepala atau muntah akibat leukemia meningeal(sering terjadi pada leukemia limfositik), dan nyeri tulang akibat penyebaran sumsum tulang.
2) Penatalaksanaan
• Kemoterapi
• Obat yang biasa digunakan meliputi : daunorobicin, hydrochlorit (cerubidine), cytarabine (cyttosar-U), dan mercatopurine (purinethol).
• Asuhan pendukung terdiri dari pemberian produk darah dan penanganan infeksi dengan segera.
3) Prognosis
Pasien yang mendapatkan penanganan dapat bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan kematian yang biasanya terjadi akibat infeksi/ perdarahan

2. Leukemia limfoid
a. Leukemia Limfositik Kronik
Leukemia limfositik kronik (LLK) cenderung merupakan kelainan ringan yang terutama mengenai individu antara usia 50-70 tahun, dan lebih sering ditemukan ada laki-laki dari pada wanita (2:1).
1) Manifestasi klinis
Berupa limfadenopati, hepatomegali, infiltrasi alat tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit)
2) Penatalaksanaan
Yang perlu diobati adalah pasien yang menunjukan progresifitas limfadenopati/splenomegali, anemia, trombositopenia atau gejala akibat tumor.
Obat-obatan yang dapat diberikan adalah:
• klorambusil : 0,1-0,3 mg/kg BB sehari per oral
• kortikosteroid : sebaiknya baru diberikan bila terdapat AIHA atau trombositopenia / demam tanpa sebab infeksi.
• Radioterapi dengan menggunakan sinar-X kadang-kadang menguntungkam apabila ada keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
3) Prognosis
Ketahanan hidup rata-rata pasien dengan leukemia limfositik kronik (LLK) adalah 7 tahun.
b. Leukemia Limfositik Akut
Leukemia limfoblastik akut (LLA) dianggap sebagai suatu proliferasi ganas limfoblas. Paling sering terjadi pada anak-anak dengan laki-laki lebih banyak dibanding perempuan dengan puncak insiden pada usia 4 tahun. Setelah usia 15 tahun LLA jarang terjadi.
1) Manifestasi klinis
Gejala tersering yang dapat terjadi adalah rasa lelah, panas tanpa infeksi, purpura, nyeri tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan BB dan serimg ditemukan suatu masa abnormal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan splenomegali(86%);hepatomegali,limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis dan perdarahan retina.
2) Penatalaksanaan dan prognosis
Terapi LLA telah mengalami kemajuan, sekitar 60% anak mencapai ketahanan hidup sampai 5 tahun. Bentuk terapi utama adalah kemoterapi, radiasi untuk daerah kranius spinal dan injeksi intrafekal. obat kemoterapi dapat membantu mencegah kekambuhan pada sistem saraf pusat.

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Temuan laboratorium berupa perubahan hitung sel darah spesifik
2. Pemeriksaan sumsum tulang memperlihatkan proliferasi klonal dan penimbunan sel darah.

F. Komplikasi
Komplikasi yang berhubungan dengan leukemia dan pengobatannya,meliputi infeksi yang berhubungan dengan supresi sumsum tulang, perdararahan sehubungan dengan trombositopeni dan masalah-masalah neurologis yang berhubungan dengan hemoragis / infiltrasi leukemik dalam susunan saraf pusat (SSP) / leukostatis.




ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN LEUKEMIA

A. Pengkajian
1. Riwayat
a. Faktor resiko penyakit leukemia
b. Pekerjaan dan hobby
c. Riwayat penyakit yang lalu dan medis (adanya terpapar oleh radiasi ionisasi, atau obat-obat yang meningkatkan resiko anemia).
d. Infeksi (influensa, pneumonia, bronchitis).
e. Perdarahan (melalui gusi, hidung, meningkat saat menstruasi, rektum, hematuri).
f. Ketidakemampuan dalam aktifitas.
2. Pemeriksaan fisik
a. Kulit anemis dan dingin
b. Pucat pada sekitar wajah, sekitar mulut dan kuku
c. Peteki pada seluruh permukaan kulit
d. Tanda-tanda infeksi/trauma pada kulit
e. HR meningkat, murmur (+)
f. RR meningkat
g. Hilang BB, nausea, anoreksia
h. Suara usus dan konstipasi
i. Ganggun saraf kranial,sakit kepala dan papiledema
3. Pengkajian Psikososial
a. Koping individu dan keluarga
b. Support sistem
c. Peran dalam keluarga dan masyarakat
d. Cemas, takut, dan perubahan konsep diri


B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat pertahana sekunder: penekanan jumlah limfosit imatur,imunosipresi,penekanan sumsum tulang( efek terapi / transplantasi )
2. Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah, dan diare karena kemoterapi.
3. Nyeri berhubungan dengan agen fisik, misal: pembesaran organ/ nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.
4. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelelahan sekunder terhadap anemia
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit leukemia dan pengobatannya.

C. Perencanaan Dan Implementasi
1. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan tak adekuat pertahanan sekunder:penekanan jumlah limfosit imatur, immunosupresi, pemekanan sumsum tulang ( terapi/transplantasi ).
Tujuan : potensial infeksi menurun dan tidak adanya tanda-tanda infeksi setelah dilakukan tindakan keperawatan.

INTERVENSI RASIONAL
 Tempatkan pada ruangan khusus. Batasi pengunjung sesuai indikasi, hindarkan penggunaan tanaman hidup/bunga potong.
 Berikan protokol untuk mencuci tangan yang baik bagi petugas dan pengunjung.
 Pantau TTV setiap 4 jam/lebih sering jika diperlukan.



 Berikan obat anti biotik, antijamur, dan obat-obat antimikrobial lainnya sesuai kebutuhan.
 Melindungi dari sumber potensial patogen/infeksi.



 Mencegah kontaminasi silang / menurunkan resiko infeksi.

 Demam/ hipotermia dapat mengindikasikan timbulnya infeksi pada pasien yang mengalami granulositopenia.

 Mencegah dan atau mengatasi agen-agen infeksi dalam pasien yang mengalami gangguan sistem imun.

2. Resiko terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah, anorexia, dan diare karena kemoterapi.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi estela dilakukan tindakan keperawatan

INTERVENSI RASIONAL
 Timbang BB tiap hari


 Awasi TD dan frekuensi jantung


 Perhatikan adanya mual, demam


 Dorong cairan sampai 3-4 lt/hari bila masukan oral dimulai


 Kolaborasi :

- berikan cairan IV sesuai indikasi



- berikan obat sesuai indikasi : contoh ondansetron (zofran)  mengukur keadekuatan penggantian cairan sesuai kebutuhan
 perubahan dapat menunjukan efek hypovolemia (perdarahan/dehidrasi)
 mempengaruhi pemasukan, kebutuhan cairan dan rute penggantian
 meningkatkan aliran urine, mencegah pencetus asam urat dan meningkatkan pembersihan obat antineoplastik


 mempertahankan keseimbangan cairan/elektrolit pada tak adanya pemasukan melalui oral;menurunkan resiko komplikasi ginjal
 menghilangkan mual/muntah sehubungan dengan pemberian agen kemoterapi


3. Nyeri berhubungan dengan agen fisik,misal:pembesaran organ/nodus limfe, sumsum tulang yang dikemas dengan sel leukemik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang.

INTERVENSI RASIONAL
 Selidiki keluhan nyeri. Perhatikan perubahan pada derajat dan sisi (gunakan skala 0-10)

 Awasi tanda vital, perhatikan petunjuk non verbal, misal: tegangan otot, gelisah
 Berikan lingkungan tenang dan kurangi rangsangan penuh stress




 Bantu/berikan aktivitas terapeutik, tekhnik relaksasi
 Kolaborasi:
- Berikan obat sesuai indikasi: analgesic, contoh asetaminofen (tylenol)  Membantu mengkaji kebutuhan untuk intervensi; dapat diindikasikan terjadinya komplikasi
 Dapat membantu mengevaluasi pernyataan verbal dan keefektifan intervensi
 Meningkatkan istirahat dan meningkatkan kemampuan koping



 Membantu manajemen nyeri dengan perhatian langsung

 Diberikan untuk nyeri ringan yang tidak hilang dengan tindakan kenyamanan. Catatan: hindari produk mengandung aspirin karena mempunyai potensi perdarahan.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan sekunder terhadap anemia.
Tujuan : peningkatan toleransi aktivitas setelah dilakukan tindakan keperawatan.

INTERVENSI RASIONAL
 Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam aktivitas atau aktivitas sehari-hari
 Berikan lingkungan tenang dan periode istirahat tanpa gangguan. Dorong istirahat sebelum makan
 Implementasikan tehnik penghematan energi, contoh: lebih baik duduk dari pada berdiri. Bantu ambulasi/ aktivitas lain sesuai indikasi
 Kolaborasi:
- berikan oksigen tambahan  Efek leukemia., anemia, dan kemoterapi mungkin kumulatif( khususnya selama fase pengobatan akut dan aktif)
 Menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler/ penyembuhan jaringan
 Memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri




 Memaksimalkan sediaan oksigen untuk kebutuhan seluler


5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit leukemia dan pengobatannya.
Tujuan : menyatakan kondisi atau proses penyakit dan pengobatan setelah dilakukan tindakan keperawatan.

INTERVENSI RASIONAL
 Kaji ulang pathologi bentuk khusus leukemia dan berbagai bentuk pengobatan
 Berikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata tetapi sensitif. Jawab pertanyaan secara khusus, tetapi tidak memaksakan dengan detil yang tidak penting.
 Minta pasien untuk umpan balik verbal, dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe kanker individu dan pengobatannya  pengobatan dapat termasuk berbagai obat anti neoplastik, radiasi seluruh tubuh atau uluhati/limpa, tranfusi, dan/atau transplantasi sumsum tulang
 membantu penilaian diagnosa kanker, memberikan informasi yang diperlukan selama waktu menyerapnya
 kesalahan konsep tentang kanker lebih mengganggu dari pada kenyataan dan mempengaruhi pengobatan atau penurunan penyembuhan

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1. Pasien mengidentifikan tindakan untuk mencegah atau menurunkan risiko infeksi
2. Pasien menunjukan volume cairan adekuat di buktikan oleh TTV stabil, nadi teraba, haluaran urine,berat jenis dan PH dalam batas normal.
3. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
4. Laporan peningkatan toleransi aktifitas yang dapat diukur.
5. Menyatakan pemahaman kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.


PENUIUP

A. Kesimpulan
1. Leukemia adalah suatu penyakit kanker yang melibatkan proliferasi sel darah putih/ leukosit yang tidak normal, jumlahnya berlebihan, dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.
2. Walaupun pada sebagian besar pasien leukemia faktor-faktor penyebanya tidak dapat di identifikasi, namun terdapat beberapa faktor yang terbukti dapat menyebaakan penyakit ini. Faktor-faktor tersebut adalah faktor genetik, sinar radioaktif dan virus.
3. Menurut jenisnya leukemia dapat dibagi atas leukemia mieloid dan limfoid. Masing-masing ada yang akut dan kronik. Secara garis besar, pembagiannya adalah sebagai berikut:
a. Leukemia mieloid
1) Leukemia granulositik kronik ( leukemia mieloid/mielositik/mielogenous kronik )
2) Leukemia mieloblastik akut ( leukemia mieloid/mielositik/granulositik/mielogenous akut )
b. Leukemia limfoid
1) Leukemia limfositik kronik
2) Leukemia limfositik akut

B. Saran
Setelah mengetahui dan memahami tentang penyakit leukemia dari sumber-sumber yang ada sebaiknya kita menghindari atau tidak berhubungan langsung dari radiasi dan bahan-bahan kimia onchogenic karena berisiko tinggi terhadap beberapa macam tipe leukemia.


DAFTAR PUSTAKA


Ni Luh Gede, Yasmin A. 1993. Proses Keperawatan pada pasien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. EGC: Jakarta.
Smeltzer, Suzzane C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. EGC: Jakarta.
Doengoes, Merilyen E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC: Jakarta.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta. Media Aesculapius: Jakarta.
Corwin. J, Elisabeth. 2000. Buku Saku Pathofisiologi. EGC: Jakarta.
Gale, Daniele. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi. EGC: Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar