Rabu, 27 Mei 2009

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HERNIA

HERNIA


A. Pengertian
Hernia merupakan penonjolan dari jaringan melalui suatu jalan yang abnormal. Yang sering yaitu penonjolan peritonium parietalis yang berisi organ vicera melalui suatu lubang yang terjadi secara kongenital atau diperoleh.
Hernia adalah protrusi abnormal organ, jaringan, atau bagian organ melalui struktur yang secara normal berisi bagian ini. Hernia paling sering terjadi pada rongga abdomen sebagai akibat dari kelemahan muskular abdomen kongenital atau didapat.

B. Etiologi
Sebab-sebab hernia pada penderita dapat dikarenakan :
1. Kelemahan bawaan
2. Terlalu gemuk
3. Berkali-kali hamil
4. Insisi perut sesudah operasi karena batuk kronis
5. Tekanan pada luka operasi
6. Mengangkat barang-barang berat sebelum insisi sembuh dengan baik
7. Infeksi luka-penyembuhan luka yang lama
8. Tekanan pada defekasi
9. Trauma

C. Patofisiologis
Defek pada dinding otot mungkin kongenital karena kelemahan jaringan atau ruang luas pada ligamen inguinal, atau dapat disebabkan oleh trauma. Tekanan intra abdominal/paling umum meningkat sebagai akibat dari kehamilan atau kegemukan. Mengangkat berat juga menyebabkan peningkatan tekanan, seperti pada batuk dan cedera traumatik karena tekanan tumpul. Bila dua dari faktor ini ada bersama dengan kelemahan otot, individu akan mengalami hernia.
Bila isi kantung hernia dapat dipindahkan ke rongga abdomen dengan manipulasi hernia disebut redusibel. Hernia iredusibel dan inkarserata adalah istilah yang menunjukkan hernia yang tidak dapat dipindahkan atau dikurangi dengan manipulasi.
Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilakui oleh protrusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah.

D. Tipe/Macam-macam Hernia
Adapun tipe atau macam hernia dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Menurut letaknya
a. Hernia inguinalis
b. Hernia scrotalis
c. Hernia umbilikalis
d. Hernia epigastrika
e. Hernia lumbalis
f. Hernia incisional
2. Menurut tingkatannya
a. Hernia repponibilis
Hernia yang dapat dimasukkan kembali
b. Hernia irreponibilis
Hernia yang tidak dapat dimasukkan kembali, tetapi belum tentu inkarserata (aliran usus masuk kembali)
c. Hernia Inkarserata
Hernia dimana isi perut/usus yang masuk kedalam kantong hernia tidak bisa kembali disertai gangguan aliran usus.
d. Hernia strangulata
Hernia dimana pembuluh darah yang mempengaruhi usus yang masuk kantong hernia terjepit, sehingga usus kehilangan sistem perdarahannya yang berakibat kematian (nekrosis) dari usus tersebut.
3. Menurut usia dan jenis kelamin penderita
a. Hernia inguinalis indirek
Hernia yang paling umum dan secar khas terjadi pada pria.
b. Hernia inguinalis direk
Hernia yang lebih umum terjadi pada lansia.
c. Hernia insisional/ventral
Hernia yang paling sering terjadi pada klien yang mempunyai pemulihan luka buruk setelah pembedahan.
d. Hernia umbilikalis
Hernia yang lebih mungkin terjadi pada klien gemuk atau hamil.

E. Penatalaksanaan Medis
Hernia yang tidak terstrangulata atau inkarserata dapat secara mekanis berkurang. Suatu penyokong dapat digunakan untuk mempertahankan hernia berkurang. Penyokong ini adalah bantalan yang diikatkan ditempatnya dengan sabuk. Bantalan ditempatkan di atas hernia setelah hernia dikurangi dan dibiarkan ditempatnya untuk mencegah hernia dari kekambuhan. Klien harus secara cermat memperhatikan kulit dibawah penyokong untuk memanifestasikan kerusakan.
Komplikasi :
1. Ileus obstruksi
2. Hernia incerserata yaitu jika organ (usus) tersebut terjepit
3. Hernia strangulata
Pengobatan :
1. Pada hernia yang ringan dapat mempergunakan penyangga/pembalut menahan untuk mengurangi tekanan. Penyangga ini dipakai pada henia femoralis dan hernia inguinalis.
2. Pada hernia umbilikalis digunakan plester atau pembalut penekan di atas pusar untuk mencegah terpisahnya otot abdomen dan penonjolan pada hernia.

F. Pencegahan
1. Pada cicatrik hernia dengan menghindari batuk yang kronis sebelum operasi, membuat jahitan luka dengan baik pemakaian gurita dengan baik. Mengajarkan cara batuk yang baik dan efisien serta menahan luka pada waktu batuk.
2. Membantu penderita bangun dari tempat tidur.
3. Mencegah obstipasi
4. Jangan mengangkat barang-barang berat sebelum insisi sembuh dengan sempurna
5. Mencegah infeksi luka dengan menghindari konstaminasi dengan antibiotika
6. Mencegah kegemukan dengan :
- Diet rendah kalori sebelum dan sesudah pembedahan
- Menahan jahitan luka agak lama

G. Penatalaksanaan Bedah
Perbaikan hernia dilakukan dengan menggunakan insisi kecil secara langsung di atas area yang lemah. Usus ini kemudian dikembalikan ke rongga perineal, kantung hernia dibuang dan otot ditutup dengan kencang diatas area tersebut. Hernia di region inguinal biasanya diperbaikan hernia saat ini dilakukan sebagai prosedur rawat jalan.
Beberapa pelaksanaan sulit dilakukan karena ada insufisiensi massa otot untuk mempertahankan usus di tempatnya. Pada kasus ini, graft mata jala tembaga (steel mesh) digunakan untuk menguatkan area herniasi. Klien dengan kesulitan perbaikan biasanya dirawat di rumah sakit selama 1-2 hari utnuk mendapatkan antibiotik profilaksis.


ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Pengkajian data fisik berdasarkan pada pengkajian abdomen (Apendiks F) dapat menunjukkan :
- benjolan pada lipat paha atau area umbilikal (temuan paling bermakna)
2. Keluhan tentang aktivitas yang mempengaruhi ukuran benjolan. Benjolan mungkin ada secara konstan atau hanya tampak pada aktivitas yang meningkatkan tekanan intra-abdomen seperti batuk, bersin, mengangkat, atau defekasi.
3. Keluhan tentang ketidaknyamanan. Beberapa ketidaknyamanan dialami karena tegangan. Nyeri menandakan strangulasi dan kebutuhan pembedahan segera. Selain itu, manifestasi obstruksi usus dapat dideteksi (bising usus nada tinggi, sampai tak ada, mual, muntah).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan
2. Retensi perkemihan yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen bawah
3. Kurang pengetahuan potensial terhadap komplikasi GI berkenaan dengan adanya hernia, dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri yang berhubungan dengan kondisi hernia atau intervensi pembedahan
- Kaji dan dokumentasikan nyeri : beratnya, karakter, lokasi, durasi, faktor pencetus, dan metoda-metoda penghilangan. Gunakan skala nyeri dengan pasien, rentangkan ketidaknyamanan dari 0 (tidak ada nyeri) sampai 10 (nyeri paling buruk)
- Beri tahu pasien untuk menghindari mengejan, meregang, batuk, dan mengangkat berat
- Ajarkan pasien bagaimana menggunakan penopang, bila diprogramkan dan anjurkan penggunaannya sebanyak mungkin, khusunya bila turun dari tempat tidur
- Berikan atau ajarkan pasien tentang pemasangan penyokong skrotal atau kompres es yang sering diprogramkan untuk membatasi edema dan mengendalikan nyeri setelah perbaikan hernia inguinal
- Berikan analgesik sesuai program bila diindikasikan, secara khusus sebelum aktivitas pasca operasi.
2. Retensi perkemihan yang berhubungan dengan nyeri, trauma dan penggunaan anestetik selama pembedahan abdomen bawah
- Kaji dan dikumentasikan distensi suprapubik atau laporan pasien tentang tidak dapat berkemih
- Pantau haluaran urine, dokumentasikan dan laporan berkemih sering < 100 ml
- Permudah berkemih dengan mengimplementasikan intervensi berikut : posisikan pasien pada posisi normal untuk berkemih, biarkan pasien mendengar bunyi air mengalir atau tempatkan tangan dalam air hangat
3. Kurang pengetahuan potensial terhadap komplikasi GI berkenaan dengan adanya hernia, dan tindakan yang dapat mencegah kekambuhan mereka
- Ajarkan pasien untuk waspada dan melaporkan nyeri berat, menetap, mual dan muntah, demam, dan distensi abdomen, yang dapat memperberat awitan inkarserata atau strangulasi usus
- Anjurkan pasien untuk mengkonsumsi diet tinggi sisa atau menggunakan seplemen diet serat untuk mencegah konstipasi. Anjurkan masukan cairan sedikitnya 2-3 liter/hari untuk meningkatkan konsistensi feses lunak
- Ajarkan pasien mekanika tubuh tepat untuk bergerak dan mengangkat

D. Evaluasi
Hasil yang diharapkan :
1. Dalam 1 jam intervensi, persepsi subjektif pasien tentang ketidaknyamanan menurun, dibuktikan dengan skala nyeri.
Indikator-indikator objektif, seperti meringis, tidak ada atau menurun
2. Dalam 8-10 jam pasca pembedahan, pasien berkemih tanpa kesulitan
Haluaran urine = 100 ml setiap berkemih dan adekuat (kira-kira 1.000-1.500 ml) lebih periode 24 jam
3. Setelah instruksi, pasien mengungkapkan pengetahuan tentang tanda-tanda dan gejala komplikasi GI dan memenuhi tindakan yang diprogramkan untuk pencegahan




DAFTAR PUSTAKA

Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Bedah. Jakarta : EGC
FKPP SPK Se-Jawa Barat. 1996. Perawatan Pasien VA. Bandung
Ester, Monica. 2001. Keperawatan Medikal Bedah : Pendekatan Sistem GastroIntestinal. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar