Rabu, 27 Mei 2009

ISPA

Definisi ISPA

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang

benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA

meliputi saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah (6).

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.

Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai

gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga

tengah dan selaput paru (5,7).

Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti

batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian

anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik

dapat mengakibat kematian (5).

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2

golongan yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas

derajat beratnya penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat.

Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas

bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian

besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi

antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila

ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut harus

mendapat antibiotik (6).

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan

yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya

(7).

Kelainan pada sistem pernapasan terutama infeksi saluran pernapasan bagian

atas dan bawah, asma dan ibro kistik, menempati bagian yang cukup besar pada

lapangan pediatri. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan

oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim

dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil

terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan

yang tidak hygiene. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya

kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai

untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau berlebihannya

pemakaian antibiotik (8).

© 2004 Digitized by USU digital library 2

Tanda-tanda bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhankeluhan

dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejalagejala

menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan

kegagalan pernapasan dan mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan

pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian

mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih

berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar tidak jatuh

dalam kegagalan pernapasan.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tandatanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah

atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi

dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris

hypoxemia,

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik) (4).

Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah: tidak

bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda

bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah: kurang bisa minum

(kemampuan minumnya menurun ampai kurang dari setengah volume yang biasa

diminumnya), kejang, kesadaran menurun, stridor, Wheezing, demam dan dingin

(4).

PENATALAKSANAAN KASUS ISPA

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang

benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya

kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk

yang kurang tepat pada pengobatan penyakit ISPA) .

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk standar

pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik

untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang

kurang bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk

tentang pemberian makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang

yang penting bagi pederita ISPA (4). Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau

tindakan sebagai berikut :

© 2004 Digitized by USU digital library 3

Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan

mengajukan beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak

(5).

Hal ini penting agar selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis

akan meningkatkan frekuensi napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku

oleh ibunya. Menghitung napas dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju

anak tebal, mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk

melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak harus dibuka sedikit. Tanpa

pemeriksaan auskultasi dengan steteskop penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan

diklassifikasi (4).

Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai

berikut:

Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada

kedalam (chest indrawing).

Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai

demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat.

Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia (4).

Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit

ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk

golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berada: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding

pada bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan

umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat

dinding dada bagian bawah atau napas cepat.

Untuk golongan umur 2 bu~an sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :

Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada

bagian bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa

anak harus dalam keadaan tenang tldak menangis atau meronta).

Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -

12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah

40 kali per menit atau lebih.

Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding

dada bagian bawah dan tidak ada napas cepat.

Pengobatan

Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral,

oksigendan sebagainya.

Pneumonia: diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak

mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrmoksasol

keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu

ampisilin, amoksisilin atau penisilin prokain.

Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di

rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk

lain yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti

kodein,dekstrometorfan dan, antihistamin. Bila demam diberikan obat

penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk pilek bila

© 2004 Digitized by USU digital library 4

pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)

disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang

tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin)

selama 10 hari.

Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan

perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya. Petunjuk dosis dapat dilihat

pada lampiran.

Perawatan dirumah

Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya yang

menderita ISPA.

Mengatasi panas (demam)

Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan

memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan

dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6

jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan

dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan kompres,

dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak perlu air es).

Mengatasi batuk

Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu

jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok

teh , diberikan tiga kali sehari.

Pemberian makanan

Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-ulang

yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah. Pemberian ASI

pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.

Pemberian minuman

Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih

banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,

kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.

Lain-lain

Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan

rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan hidung

yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari

komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan tempat tinggal yang

sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak berasap. Apabila selama

perawatan dirumah keadaan anak memburuk maka dianjurkan untuk

membawa kedokter atau petugas kesehatan. Untuk penderita yang

mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas usahakan agar obat yang

diperoleh tersebut diberikan dengan benar selama 5 hari penuh. Dan

untuk penderita yang mendapatkan antibiotik, usahakan agar setelah 2

hari anak dibawa kembali kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang

(4,5) .

Pencegahan dan Pemberantasan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

Immunisasi.

Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.

Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

Pemberantasan yang dilakukan adalah :

Penyuluhan kesehatan yang terutama di tuj ukan pada para ibu.

© 2004 Digitized by USU digital library 5

Pengelolaan kasus yang disempurnakan.

Immunisasi (7).

Pelaksana pemberantasan

Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah

kerjanya.

Sebagian besar kematiaan akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum

penderita mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif

masyarakat melalui aktifitas kader akan sangat'membantu menemukan kasus-kasus

pneumonia

yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus

pneumonia berat yang perlusegera dirujuk ke rumah saki t .

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau

sarana dan tenaga yang tersedia.

Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar

kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit

dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan

merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke

rumah sakit.

Bersama dengan staff puskesmas memberi kan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang mempunyai anak balita. perihal pengenalan tanda-tanda penyakit

pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,

Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang di beri

wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,

Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat

memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA,

Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA. menditeksi hambatan yang ada serta

menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta

pencapaian target.

Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu

Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk yang

ada.

Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA

tertentu seperti pneumoni berat, penderita dengan weezhing dan stridor.

Bersama dokter atau dibawah, petunjuk dokter melatih kader.

Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas

sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

Kader kesehatan

Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa

(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal

tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit

© 2004 Digitized by USU digital library 6

Memberikan pengobatan sederhana untuk kasus-kasus batuk pilek (bukan

pneumonia) dengan tablet parasetamol dan obat batuk tradisional obat batuk

putih.

Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas/Rumah Sakit terdekat.

Atas pertimbangan dokter Puskesmas maka bagi kader-kader di daerahdaerah

yang terpencil (atau bila cakupan layanan Puskesmas tidak

menjangkau daerah tersebut) dapat diberi wewenang mengobati kasus-kasus

pneumonia (tidak berat) dengan antibiotik kontrimoksasol.

Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk (4,5).

DAFTAR PUSTAKA


Ranuh, IG. G, Pendekatan Risiko Tinggi Dalam Pengelolaan Pelayanan Kesehatan

Anak. Continuing Education Ilmu Kesehatan Anak. FK-UNAIR 1980.

Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR. 1980.

____________Gawat Darurat Dibidang Pulmonologi .Simposium Gawat Darurat Pada

Anak. Surabaya. 1987.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Jakarta. 1992.

____________Bimbingan Ketrampilan Dalam Penatalaksanaan Infeksi Saluran

Pernapasan Akut Pada Anak. Jakarata, :10 ,1991.

© 2004 Digitized by USU digital library 7

____________Lokakarya Dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi saluran

pernapasan akut. 1992.

_____________Pendekatan Epidemiologi I dan Dasar-Dasar Surveilans. Untuk

Pelatihan Prajabatan Umum dan Khusus Tenaga Paramedis di Puskesmas.

Jakarta. 1992.

Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa Aksara.

Jakarta. 1994.

© 2004 Digitized by USU digital library 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar