Rabu, 27 Mei 2009

HEPATITIS

Hepatitis virus adalah radang hati yang disebabkan oleh virus sejenis pigmen yang disebut billirubin yang dihasilkan dalam liver dan biasanya mengalir ke dalam usus. Makin banyak yang tersalurkan ke dalam peredaran darah membuat kulit dan bagian tubuh yang tersalur ke dalam peredaran darah membuat kulit dan bagian tubuh yang normalnya berwarna putih (seperti bagian putih di mata) menjadi kuning.
Terdapat empat (4) jenis virus. Yaitu virus A, penyebab dari hepatitis A (atau dikenal dengan hepatitis infeksiosa). Virus B penyebab hepatitis B atau serum hepatitis atau disebut ikterus serum hemologik. Virus lain ialah virus non A dan non B yang sering dijumpai pada pasien pasca transfusi, virus C dan virus D.
Diantara ke empat virus tersebut, yang paling berbahaya adalah virus hepatitis B karena virus ini intinya dapat menyatu dengan inti sel hati dan hal itu memungkinkan terjadinya keganasan atau kanker dikemudian hari.

A. Hapititis A (Hepatitis Infeksiosa)
1. Pengertian
Adalah penyakit yang tidak berbahaya, menyerang terutama anak-anak dan dewasa muda. Hepatitis ini ditularkan terutama melalui nute fekal oral dan dapat juga ditularkan pengolahan makanan yang kurang bersih, makanan yang terkontaminasi, air minum yang tidak bersih, yang tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung virus. Pada infeksi hepatitis A, virus dapat ditemukan di dalam feses dan urine. Di dalam tubuh, virus ditemukan pada empedu, darah dan juga sekret nesofaring. Infeksi hepatitis A menular dari orang ke orang dan biasanya terjadi di dalam lingkungan dengan sanitasi dan hygene yang kurang dengan penduduk yang padat.

2. Gambaran Klinik
a. Stadium pre ikterus (prodromal) 4 – 7 hari. Pada stadium ini gejala masih umum seperti : demam, nyeri kepala, lemah, anoreksia, neusea dan muntah dapat juga terjadi.
Kadang-kadang disertai nyeri perut kanan atas atau saluran napas bagian atas. Dapat terjadi obstipasi atau diare. Satu sampai tiga hari sebelum ikterus tampak urine berwarna lebih tua (kuning pekat) karena ubobilin ++ dan bilirubin +.
b. Stadium ikterus, 3 minggu. Pada stadium ini mulai tampak ikterus pertama-tama pada sklera kemudian menyebar ke seluruh tubuh, bergantung dari imunitas pasien dan virulensi virus. Suhu tubuh mulai menurun dan keluhan lain berkurang, keadaan umum lebih baik tetapi anoreksia dan muntah masih ada. Hati membesar dan nyeri pada tekanan. Percobaan fungsi hati menunjukkan kelainan.
c. Stadium post ikterus (rekonvalensi). Pada anak stadium ini lebih pendek daripada orang dewasa. Umumnya pada anak penyembuhan terjadi sempurna pada akhir bulan kedua (hanya sedikit yang masih menunjukkan kelainan fungsi hati). Ikterus mengurang, warna urine, feses kembali biasa.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Semua tes fungsi hati terganggu, yang terutama mencolok adalah kenaikan transaminase serum (SBOT/SGPT) dari beberapat ratus IU sampai lebih dari 1000 10 bahkan dapat lebih dari 3000 IU. Anti HAV IgM didapatkan positif dan pada beberapa kasus ditemukan pula HbsAg (+). Pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan pembesaran hati dan limpa.
4. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan adanya anti HAV IgM dalam serum yang menunjukkan adanya infeksi hepatitis A yang masih baru terjadi. Anti HAV IgG tidak mempunyai nilai diagnosis karena positif pada hampir semua orang dewasa. Adanya anti Ig menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terinfeksi hepatitis A kebal untuk infeksi berikutnya.
5. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dianjurkan istirahat ditempat tidur sampai pasien hampir bebas dari ikterus. Aktivitas yang berlebihan dapat memperberat penyakitnya. Infus hanya diberikan jika anak terus menerus muntah. Bila muntah sudah mereda diberikan makanan lunak, porsi kecil tetapi lebih sering, mengandung banyak karbohidrat, sedikit lemak. Makanan biasa juga boleh asal tidak menyebabkan muntah.

B. Hepatitis B
1. Pengertian
Hepatitis B adalah penyakit yang jauh lebih berbahaya, sering terjadi pada usia yang lebih lanjut. Umumnya terjadi pada orang dewasa. Penularan terjadi melalui darah dan produk darah bahkan dengan sedikit saja sudah cukup.
2. Gambaran klinis
Bila seorang terkena infeksi Hepatitis B sebagaian pasien dapat sembuh bahkan menjadi kebal, tetapi sebagian lagi akan memperlihatkan gejala kelainan seperti kulit, mata dan air kemih yang berwarna kuning, badan merasa lemas, eneg/mual kadang sampai muntah, hati teraba membesar dan nyeri bila ditekan. Sebagian ada yang menjadi ganas sehingga menyebabkan kematian, dan sebagian lagi setidaknya tidak menimbulkan gejala apapun. Pasien yang tidak memperlihatkan gejala ini disebut carrier atau pengidap sehat.
Bila infeksi terjadi pada masa neonatus, angka kesakitannya lebih banyak dan kemungkinannya kelak mengidap kanker 200 kali lebih banyak daripada anak kecil. Juga pemberian gizi yang kurang baik resiko terjadi sirosis hepatitis akan meningkat, sedangkan bahaya dari sirosis adalah varises asefagus yang akan menyebabkan hematemesis. Fungsi hati juga akan terganggu sehingga kondisi anak memburuk. Kekurangan produksi protein akan menyebabkan asites, sedangkan kekurangan zat pembekuan seperti fibrinogen akan menyebabkan kelainan pembekuan darah.
3. Cara penularan
Penularan infeksi hepatitis virus B dapat dibagi menjadi tiga (3) jalur :
a. Penularan melalui kulit (penularan horizontal)
Virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang utuh, maka infeksi HBV melalui kulit hanya dapat terjadi melalui dua (2) cara sebagai berikut :
1) Dengan ditembusnya kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang tercemar bahan infektif
2) Melalui kontak antara bahan yang infektif dengan kulit yang sudah mengalami perubahan/lesi
Penularan parenteral yang paling efektif adalah penularan melalui jalur intravena, sehingga pengidap risiko tinggi tertular adalah individu yang lingkungan profesinya mencakup kemungkinan terjadinya kontak dengan darah atau produknya. Misalnya pengawasan laboratorium atau bedah, ahli bedah mulut.
b. Penularan melalui mukosa
Mukosa dapat menjadi “porte d’entre” infeksi HBV, yaitu melalui : mulut, mata, hidung, saluran makan bagian bawah, alat kelamin
c. Penularan perinatal
Modus penularan secara vertikal yaitu dari ibu hamil yang mengidap infeksi HBV kepada bayi yang dilahirkan. Sebagian besar infeksi perinatal terjadi justru pada saat proses persalinan berlangsung dan selama kontak erat dalam masa post partum. Penularan vertikal, yang sebagian besar berlangsung perinatal dapat dicegah dengan pemberian imunoprofikasis pasif-aktif pada neonatus segera setelah lahir.
4. Pemeriksaan laboratorium
Untuk keperluan pengobatan perlu dilakukan pemeriksaan :
a. Urine
Hasilnya bilirubin positif
b. Darah
Hasilnya menunjukkan bilirubin direk lebih besar daripada indirek dan adanya kenaikan SGOT yang tidak normal. Kedua hasil ini menunjukkan bahwa pasien menderita hepatitis akut.
5. Pencegahan
Ada tiga (3) macam cara pencegahan infeksi HBV yang terpenting yaitu dengan perbaikan hygene dan sanitasi. Pencegahan penularan parenteral serta imunisasi. Perbaikan hygene dan sanitasi akan menguragi penularan infeksi HBV horizontal. Pencegahan penularan parenteral yang terpenting adalah sterilisasi alat kedokteran secara virusidah dan prinsip penggunaan satu alat steril untuk satu orang pada tindakan parenteral.
Pada saat ini telah tersedia vaksin hepatitis B yang imogenik baik yang berasal dari plasma maupun yang dibuat dengan rekayasa genetika. Vaksin ini ternyata efektif untuk menimbulkan kekebalan aktif pada individu yang belum terkena infeksi. Untuk mencegah infeksi perinatal maka dilakukan pemeriksaan HBsAg secara rutin dalam pemeriksaan pranatal bagi ibu hamil, bila ibu tersebut HBsAg dan HbeAg positif maka kepada bayi yang dilahirkannya akan diberikan HB1G dan vaksin.
6. Penatalaksanaan medis
Sampai sekarang belum ada obat yang tepat untuk penyakit hepatitis B dengan segala komplikasinya, pengobatan yang diberikan hanya bersifat suportif dari kausal, yaitu berupa perbaikan keadaan umum serta upaya menjaga kondisi anak agar tetap optimum.
Indikasi perawatan pasien hepatitis B :
a. KU (keadaan umum) yang jelek, keadaan menurun, kejang, muntah terus-menerus dan komplikasi lainnya
b. Kadar bilirubin diatas 10 mg/dl
c. Kadar SGOT serum lebih 10x dari kadar normal



Pengobatan
a. Dietetik. Mempertahankan keseimbangan elektrolit dan asam basa, bila pemberian oral tidak memungkinkan pasien diberikan cairan per infus dengan dengan glukosa 10%. Makanan boleh diberikan bebas sesuai dengan daya terima anak (tidak perlu pantang, justru harus mempunyai susunan lengkap).
b. Medikamentosa. Bila ada perdarahan saluran cerna, diberikan vitamin K, neomisintragastrik, enzim pencernaan bila ada keluhan mual. Jika terdapat gejala hipokalemia diberikan K per infus, dan obat-obatan lain sesuai dengan gejala yang ada. Dekomentason diberikan bila terdapat indikasi edema otak dan pemberian obat anti kejang hanya setengah dosis, seperti diazepam. Jika terdapat kelainan atas hasil kreatinin, ureum, dan kalium, kemungkinan terjadi gagal ginjal, perlu tindakan lain.
Pasien perlu dirawat bila keadaan umumnya jelek (kesadaran menurun), ada kejang, muntah-muntah atau ada komplikasi yang berat. Juga bila kadar bilirubin direk lebih dari 10 mg/dl dan SGPT melebihi 10x dari normal selain hal-hal tersebut pasien dirawat di rumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar